Selasa, 23 Oktober 2012

metode riset: analisis jurnal3

Nama : Tertiera Nurariefani Azizah
Kelas : 3EA18
NPM : 19210435
Loyalitas Konsumen
PERILAKU PENCARIAN VARIASI: DITINJAU DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN IMBASNYA PADA LOYALITAS KESIKAPAN KONSUMEN
Lin Mayasari
April, 2008

LATAR BELAKANG
Perilaku pencarian variasi ditunjukkan oleh pergantian merek pada satu kategori produk, pergantian atribut dalam satu merek, dan pergantian kategori produk yang bisa memenuhi kebutuhan yang sama. Perilaku pencarian variasi bisa dilakukan oleh setiap konsumen yang memiliki daya beli. Perilaku pencarian variasi merupakan perilaku eksploratori yang tidak disebabkan oleh perubahan sikap, artinya konsumen yang sudah memiliki kepuasan pada suatu merek, dapat mencari variasi merek lain (Hansen, 1980; Raju, 1981; 1984; Ganesh, Arnold, & Reynolds, 2000). Perilaku ini terjadi ketika seseorang menginginkan stimuli produk yang berbeda dan baru.
Perkembangan penelitian perilaku pencarian variasi dimulai sejak tahun 1980-an. Topik penelitian perilaku pencarian variasi lebih memfokuskan permasalahan pada strategi pemasaran dan lingkungan retail untuk menjelaskan terjadinya perilaku pencarian variasi serta konsekuensinya, misalnya aspek desain produk, promosi harga, perluasan lini produk, media cetak, tata ruang, dekorasi, penggunaan aroma ruangan, musik, dan keragaman penyajian produk (Pessemier & McAlister, 1982; Handelsman & Munson, 1985; Kahn & Raju, 1991; Simonson & Winer, 1992; Morales, Kahn, Huffman, McAlister, & Broniarczyk, 2002).
Ganesh et al. (2000) berpendapat bahwa, strategi pemasaran dan lingkungan retail menjadi faktor penentu yang mempengaruhi ketertarikan konsumen dalam mencoba produk-produk baru, karena memudahkan konsumen untuk mengambil keputusan pembelian suatu produk tanpa harus mencari faktor yang menjadi pertimbangan terlebih dahulu, misalnya biaya yang harus dikeluarkan, pencarian informasi lebih lanjut, dan adanya saran dari teman. Konsumen yang suka melakukan pencarian variasi ini sangat rentan terhadap strategi yang disusun oleh pemasar dan lingkungan toko (Morgan & Dev, 1994). Oleh karena itu, pemasar berusaha untuk mempengaruhi konsumen dengan cara menyusun strategi pengembangan produk, penetapan harga, atau penataan lingkungan retail. Isu-isu penelitian yang muncul dari studi-studi perilaku pencarian variasi yang lebih memfokuskan pada strategi pemasaran dan lingkungan retail antara lain: (1) tidak membahas aspek internal konsumen, khususnya pada aspek psikologi konsumen; (2) tidak membahas dampak perilaku pencarian variasi pada loyalitas kesikapan. Steenkamp dan Gielens (2003) berpendapat bahwa, fokus penelitian yang tidak memahami aspek psikologi sesungguhnya dalam melakukan pembelian memiliki konsekuensi secara manajerial, karena hasil penelitian harus memiliki kontribusi pada pihak pemasar dalam membuat strategi untuk membidik pasar sasaran yang tepat. Ketika pemasar tidak memahami motivasi konsumen, pemasar bisa melakukan kesalahan dalam menentukan segmen pasar yang sesungguhnya. Penelitian yang memfokuskan pada strategi pemasaran dan lingkungan retail hanya memberikan solusi untuk pengembangan strategi segmentasi pasar berdasarkan variabelvariabel keperilakuan, yaitu variabel penggunaan dan demografi. Sementara itu, segmentasi psikologi menjadi kurang difokuskan. Segmentasi psikologi menjadi penting karena mengingat konsumen adalah individu yang memiliki motivasi yang mudah berubah.

MASALAH DAN TUJUAN
Permasalahan

Studi ini menguji sebuah model yang menjelaskan aspek internal sebagai stimuli dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pencarian variasi. Aspek yang dianalisis sejalan dengan isu yang dibahas berkaitan dengan pentingnya aspek internal konsumen, yaitu persepsi konsumen terhadap stimuli lingkungan yang dihadapi. Aspek internal konsumen dijelaskan oleh konsep tingkat stimulasi optimum sebagai bagian dari perspektif psikologi seseorang terhadap stimuli tertentu.
Konsep tingkat stimulasi optimum merupakan konsep yang menjelaskan sisi internal individu yang menunjukkan kondisi psikologis konsumen untuk melakukan pencarian variasi. Studi mengenai pengaruh tingkat stimulasi optimum pada konsep-konsep, misalnya adopsi produk baru, pencarian informasi, pengambilan produk sudah diuji secara impiris (Mittelstaedt, Grossbart, Curtis, 1976; Raju & Venkatesan, 1980; Joachimsthaler & Lastovicka, 1984; Wahlers & Etzel, 1986)
Penelitian ini menguji pengaruh tingkat stimulasi optimum pada perilaku pencarian variasi. Konsep tingkat stimulasi optimum penting dipahami karena menunjukkan persepsi dan rasa suka konsumen terhadap stimuli lingkungan pemasaran, khususnya strategi pemasaran yang meliputi produk atau promosi. Perilaku konsumen tidak merupakan proses pembelajaran linier, artinya ada suatu aspek ketidakpastian dalam diri konsumen bahwa, tindakan saat ini tidak mungkin akan dilakukan lagi, misalnya pembelian terhadap merek tertentu tidak menjamin pembelian ulang merek yang sama di masa yang akan datang (Read & Louweinstein, 1995). Konsumen memiliki perubahan persepsi dan preferensi terhadap merek atau produk tertentu.
Perilaku pencarian variasi bisa terjadi ketika konsumen berada dalam kondisi tingkat stimulasi optimum yang terus-menerus. Hal ini menyebabkan tingkat stimulasi lingkungan dipersepsi menjadi tidak menarik lagi. Individu yang mempersepsi kondisi ini merasakan suatu dorongan untuk mencari suatu stimulus baru. Tingkat stimulasi optimum ini mendorong seseorang untuk melakukan pencarian variasi. Tingkat stimulasi optimum bisa dijelaskan oleh individu yang memiliki kecenderungan mudah terbuka. Kecenderungan untuk mau menerima hal-hal baru juga menunjukkan bahwa, individu menghindari sesuatu yang monoton sehingga berkeinginan untuk mencari variasi baru (Hill, 1975). Konsumen yang mau membuka dirinya terhadap sesuatu yang baru memiliki tingkat kreativitas tertentu, misalnya berusaha mencari informasi baru mengenai perkembangan produk.
Selain membahas pengaruh aspek internal konsumen pada perilaku pencarian variasi, studi ini juga menguji pengaruh perilaku pencarian variasi pada loyalitas kesikapan. Konsep loyalitas kesikapan merupakan aspek internal konsumen yang penting untuk diperhatikan karena secara manajerial, para praktisi pemasaran sulit untuk mempertahankan loyalitas kesikapan konsumen yang didasari oleh motivasi yang beragam. Di satu sisi, pemasar menginginkan konsumen untuk tidak berpindah pada merek lain; sedangkan di sisi lain, konsumen merupakan individu yang selalu berusaha mencari stimulus baru ketika stimuli lingkungan yang ada sudah tidak menarik lagi.
Gounaris dan Stathakopoulos (2004) berpendapat bahwa, loyalitas kesikapan menjadi penting bagi tujuan perencanaan pasar jangka panjang. Di samping itu, loyalitas dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu keunggulan yang dapat direalisasi melalui upaya-upaya pemasaran. Perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada konsumen berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen sepanjang waktu secara lebih baik melalui penawaran produk dengan variasi yang beragam (Sawhney, 1998; Nelson, 2002). Karakteristik produk beragam yang ditawarkan bisa menjadi pemicu bagi konsumen mencoba variasi produk. Secara khusus, memahami loyalitas kesikapan merek penting bagi pemasar karena bisa memahami aspek psikologis konsumen, yaitu berkaitan dengan aspek afektif pada sebuah merek. Jika hanya memahami loyalitas keperilakuan, maka pemasar merasa sulit untuk membedakan antara loyalitas merek dan perilaku pembelian ulang.
Perilaku pembelian ulang dapat diartikan sebagai perilaku konsumen yang membeli sebuah produk secara berulang-ulang tanpa menyertakan aspek afektif di dalamnya. Perilaku pencarian variasi menjadikan konsumen sulit memiliki loyalitas kesikapan merek tertentu karena perilaku ini dilakukan oleh konsumen yang mudah terbuka terhadap stimuli pemasaran (Oliver, 1999; Gounaris & Stathakopoulos, 2004). Konsumen bisa dengan mudah untuk berpindah dari satu merek ke merek produk lainnya karena berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru.
Berdasarkan uraian secara garis besar konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, permasalahan penelitian dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Apakah tingkat stimulasi optimum mempengaruhi perilaku pencarian variasi?
2. Apakah perilaku pencarian variasi mempengaruhi loyalitas kesikapan?

Tujuan Penelitian
Tujuan pertama studi ini membahas model konseptual yang menguji pengaruh aspek internal konsumen pada perilaku pencarian variasi dan imbasnya pada loyalitas kesikapan merek dengan perspektif teori, yaitu perspektif. Perspektif psikologi digunakan untuk memahami kondisi konsumen yang berada dalam tingkat stimulasi optimum secara terus-menerus. Berkaitan dengan loyalitas kesikapan sebagai imbas perilaku pencarian variasi, memahami loyalitas kesikapan adalah hal penting karena loyalitas kesikapan menunjukkan suatu sikap positif konsumen pada merek produk. Pemasar menyadari bahwa, sulit untuk mempertahankan loyalitas kesikapan konsumen. Konsumen memiliki kecenderungan untuk terbuka dan mencoba merek atau produk baru. Hal ini didukung oleh keberadaan keragaman produk dengan atribut yang menyertainya sehingga memudahkan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Oleh karena itu, pemasar berusaha mempertahankan loyalitas kesikapan konsumen. Paling tidak, jika konsumen menentukan pilihan suatu merek, maka pilihan tidak akan jatuh pada merek lain.

METODE PENELITIAN

Produk Penelitian
Model penelitian ini diaplikasikan pada kategori produk telepon seluler. Studi eksploratori penelitian ini menunjukkan bahwa, produk-produk yang (1) mampu memberi baik manfaat maupun hiburan; (2) memiliki aspek social visibility; (3) memiliki desain dan atribut yang beragam; dan (4) menunjukkan identitas diri seseorang dipilih dalam penelitian ini. Keragaman variasi pada kategori produk dapat memudahkan konsumen menemukan pilihan produk. Produk yang tidak memberikan variasi pilihan membatasi individu untuk melakukan pencarian variasi.


Sampel Penelitian
Unit analisis penelitian ini adalah mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi di Yogyakarta. Survei Surindo (Marketing, 2000) menunjukkan bahwa, mahasiswa merupakan pasar potensial karena memiliki kemampuan beli yang cukup besar. Pengaruh perubahan gaya hidup yang cukup kuat terlihat dalam pilihan mode para konsumen mahasiswa. Hasil survei tersebut juga menguatkan bahwa, mahasiswa mudah melakukan pembelian yang bersifat konsumtif khususnya produk-produk yang mudah dilihat oleh teman misalnya jam tangan, telepon seluler, pakaian, motor, dan bahkan mobil. Perilaku mahasiswa juga mudah terpikat oleh tawaran produk dengan atribut atau desain karena sebagai konsumen dengan daya beli yang cukup memiliki sensitivitas pada citra, gaya, dan merek. Penggunaan mahasiswa sebagai sampel penelitian dipertimbangkan karena memiliki proses kognitif khusus dan kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, misalnya baik atau buruk suatu tindakan.

Prosedur Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk memilih sampel penelitian dalam studi ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel ini memiliki aspek non-probabilitas yang memenuhi kriteria-kriteria, yaitu (1) pernah melakukan pergantian merek telepon seluler lebih dari satu kali dalam setahun terakhir ketika kuesioner diberikan kepada responden penelitian; (2) memiliki umur dengan rentang 18-25 tahun; (3) memiliki karakteristik sebagai individu dengan kecenderungan lebih terbuka dan tampil berbeda.

Penyebaran Kuesioner
Cooper dan Schindler (2003) menyatakan bahwa, peneliti dapat memilih suatu lokasi atau waktu penelitian berdasarkan pertimbangan keterjangkauan, biaya, dan waktu. Beberapa perguruan tinggi yang dinilai memenuhi kriteria penentuan sampel adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Universitas Sanata Dharma, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Atma Jaya, dan Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta. Sebelum memberikan kuesioner yang merupakan instrumen pengukuran utama konsep-konsep penelitian, kuesioner awal diberikan kepada mahasiswa terlebih dahulu. Kuesioner awal berisi pertanyaan umum yang ditujukan untuk mengetahui antara lain 1) biodata mahasiswa, 2) pengalaman mahasiswa menggunakan merek telepon seluler, 3) pengetahuan mahasiswa terhadap sejumlah merek.



Definisi Operasional
Tingkat stimulasi optimum adalah persepsi konsumen terhadap stimuli yang ada pada merek produk yang dimiliki. Tingkat stimuli optimum yang terus-menerus menunjukkan persepsi terhadap stimuli yang ada pada merek telepon seluler terdahulu menjadi tidak menarik lagi sehingga konsumen menginginkan sesuatu yang baru dan lebih menarik daripada merek lama. Konsep tingkat stimulasi optimum diukur dengan instrumen pengukuran Arousal Seeking Tendency yang diadaptasi baik dari studi Raju (1980) maupun Baumgartner dan Steenkamp (1996). Rentang pilihan jawaban berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Perilaku pencarian variasi yang diuji dalam studi ini adalah perilaku pencarian variasi eksploratori. Perilaku pencarian variasi sebenarnya disebabkan oleh factor kebosanan dan mencari sesuatu yang baru (McAlister & Pessemier, 1982; Raju, 1984; Baumgartner & Steenkamp, 1996). Konsep perilaku pencarian variasi diukur dengan menggunakan butir yang diadaptasi dari studi Raju (1980). Rentang pilihan jawaban berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Loyalitas kesikapan adalah kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen untuk menyukai merek tertentu atau satu-satunya merek telepon seluler. Loyalitas kesikapan menggunakan butir yang diadaptasi dari studi Chaudhuri dan Holbrook (2001) serta Mullan dan Gilmore (2003). Rentang pilihan jawaban berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).

Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik structural equation modeling (SEM) dengan program AMOS-4. Estimasi hubungan dependensi yang berkaitan secara berganda tidak hanya sebagai elemen unik SEM.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan selama hampir dua bulan, yaitu dari pertengahan bulan Januari 2006 sampai dengan awal bulan Maret 2006. Jumlah kuesioner yang disebarkan ke tujuh perguruan tinggi di Yogyakarta adalah 1100 eksemplar. Dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali adalah 1043 eksemplar. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat pengembalian kuesioner penelitian ini sebesar 94,8 persen. Tingkat pengembalian yang tinggi disebabkan oleh keberadaan peneliti di tiap kelas.
Berdasarkan perspektif psikologi, konsumen sebagai makhluk hidup memiliki sifat aktif dan juga reaktif. Sifat aktif ditunjukkan oleh keinginan untuk mencari sesuatu yang baru dan berbeda. Keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru merupakan hal alamiah. Konsumen dianggap tidak hanya berusaha untuk menyelesaikan permasalahan psikologis seefisien mungkin, tetapi juga menyukai stimulasi tertentu. Pencarian hal-hal baru ini juga tidak terlepas dari karakteristik yang dimiliki oleh konsumen sebagai pribadi yang selalu ingin tahu dan memiliki kemampuan untuk mendapatkannya. Konsumen dalam berperilaku juga menunjukkan sikap yang tidak konsisten. Sikap tidak konsisten ini menunjukkan bahwa, individu tidak mempertahankan antara keyakinan dan perilaku aktual. Pada suatu saat, individu bisa memiliki sikap yang positif dengan cara menyukai sesuatu secara terusmenerus, tetapi pada saat yang berbeda, individu tidak menyukainya. Kondisi ini menunjukkan bahwa, individu cenderung mudah berpaling pada sesuatu yang baru.
Perilaku pencarian variasi juga menggambarkan sifat konsumen yang reaktif. Ketika individu merasakan adanya berbagai hal baru yang terjadi secara bersamaan, individu akan menolaknya. Keterbatasan rasionalitas dalam memori konsumen menyebabkannya untuk tidak menerima setiap informasi baru yang tidak sesuai dengan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Konsumen mengalami suatu kebingungan untuk memahami hal-hal yang baru dan mungkin cenderung menjadikannya untuk menghindar.
Oliver (1999) juga menekankan bahwa, individu yang cenderung melakukan pencarian variasi merupakan salah satu bentuk perwujudan kepribadian. Perilaku pencarian variasi memiliki peran negatif terhadap kesetiaan konsumen pada jasa tertentu (Berne, Mugica, Yague, 2001). Perilaku pencarian variasi didorong oleh perubahan motivasi yang ada pada diri konsumen. Aspek psikologis menjelaskan bahwa, hal ini berkaitan dengan keinginan intrinsik untuk melakukan pencarian itu sendiri yang sifatnya bias dan tidak bisa diprediksi dari waktu ke waktu.
Studi ini menunjukkan bahwa, konsumen tidak memiliki loyalitas kesikapan pada merek produk tertentu karena memiliki keterlibatan merek yang rendah. Keterlibatan didefinisi sebagai persepsi subyektif seseorang terhadap suatu obyek, aktivitas, dan situasi (Mittal, 1987; Knox & Walker, 2003). Keterlibatan konsumen dalam penelitian ini berkaitan dengan persepsi risiko keuangan rendah. Menurut Homburg dan Giering (2001), perilaku yang mudah berpindah dari satu merek ke merek lain merupakan perwujudan perilaku eksploratori yang mau menanggung tingkat risiko keuangan tertentu. Oleh karena itu, konsumen yang melakukan pencarian variasi tidak memandang bahwa, merek produk yang dibeli memiliki dampak negatif. Alasan harga tidak menjadi pertimbangan dalam memilih. Berdasarkan data penelitian, faktor harga hanya memiliki tingkat 4,8 persen dalam menjelaskan pergantian merek produk.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar