Kamis, 02 Mei 2013

Karangan Ilmiah

Nama : Tertiera Nurariefani Azizah
Kelas : 3ea18
Npm : 19210435


1.      Tema
Tema penelitian: impulse buying
2.      Judul
Studi tentang impulse buying pada hypermarket di kota semarang
3.      Latar belakang
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik (Wikipedia.com).
Seperti halnya bisnis ritel di Indonesia, pengaruh dari globalisasi menyebabkan banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan kemampuan capital yang luar biasa melakukan aktivitasnya di Indonesia. Menurut Utami(2006) ada beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang dilakukan para peritel internasional tersebut antara lain karena pasar domestik yang semakin dewasa/jenuh, sistem dan keahlian, dan hilangnya batas perdagangan. Dengan semakin terbukanya peluang bisnis bagi pengusaha asing untuk berekspansi mengembangkan bisnis ritelnya di Indonesia, perkembangan usaha manufaktur, dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel akan mengakibatkan tumbuhnya ritel modern yang begitu pesat.
Pertumbuhan gerai modern yang begitu pesat ini memunculkan suatu fenomena baru bagi para pemasok produk. Yaitu bahwa ritel kini telah berubah fungsinya bukan hanya sekedar tempat menyalurkan produk ke konsumen, kini juga menjadi industri tersendiri. Menurut Simatupang (2007) munculnya outlet-outlet baru merangsang pembeli untuk datang, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi mereka. Sehingga ritel kini dianggap menjadi tempat yang strategis, untuk memasarkan barangnya secara tepat waktu, lokasi dan konsumen. Sehingga bagi produsen pasar inilah yang kemudian harus mereka garap karena kemampuan ritel modern mendatangkan konsumen sangat besar.
Meningkatnya jumlah outlet modern dan juga perubahan sosial budaya masyarakat menunjukkan semakin besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia sekaligus juga menunjukkan semakin ketatnya persaingan di Industri ini. Pesaing utama ritel modern adalah toko ritel tradisional yang merupakan pesaing dari format yang berbeda namun menjual barang yang sama atau biasa disebut persaingan intertype. Pada masa resesi toko tradisional merupakan ancaman yang paling terasa oleh toko ritel modern. Seperti yang di ungkapkan oleh Susilo (2009) “pada 2008 sebagian konsumen beralih dari toko modern ke toko tradisional. Peralihan itu dianggap sebagai solusi uang ketat di dalam keluarga. Akibatnya, penjualan barang konsumen melalui toko tradisional meningkat sangat tinggi, 19,6%.” Berdasarkan data Homepanel Nielsen di lima kota besar di Indonesia, angka penetrasi ke toko tradisional, jumlash kunjungan, besaran belanja perkunjungan, dan rata-rata total belanja per rumah tangga, semuanya meningkat. Namun ada yang perlu di khawatirkan oleh Hypermarket karena berdasarkan gambar diatas menunjukkan konsumen berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di Hypermarket.
Ini merupakan ancaman bagi bisnis berkonsep hypermarket karena pada masa resesi, konsumen mengurangi belanjanya di toko yang berformat besar ini. Apalagi persaingan ini tidak hanya pada perusahaan dengan format yang sama dan kompetisi dan kompetisi antara tipe ritel yang sama (intratype), namun persaingan yang dihadapi oleh hypermarket juga dengan tipe ritel yang berbeda (intertype). Persaingan merupakan hal yang pasti mesti dihadapi oleh perusahaan terlebih ritel berformat hypermarket karena jumlahnya yang makin banyak. Menurut Lemon, Rust dan Zeithalm (dalam Pratikno, 2003) Perusahaan dimanapun akan dihadapkan pada ancaman-ancaman produk-produk komoditas yang mana perusahaan lain akan dengan mudah memasuki pasar dengan menyediakan produk atau jasa kepada konsumen secara lebih baik, lebih cepat, atau lebih murah, hal ini akan mengakibatkan perusahaan tersebut sulit untuk memenangkan konsumen. Karena persaingan bisnis yang ada sekarang ini menjadi sangat sengit “orang bisa bilang bahwa bisnis adalah Darwinian: survival of the fittest. Siapa tak sanggup silahkan minggir!” Sudarmadi (2009). Menanggapi hal tersebut, maka para pemasar harus melakukan strategi-strategi yang berkaitan dengan upayanya untuk dapat tetap bertahan hidup. Strategi yang paling penting yang harus dilakukan oleh pemasar khususnya di toko ritel modern adalah dengan memiliki pengetahuan tentang perilaku belanjakonsumen/pelanggan yang menjadi pasar sasaran di toko ritel modern (swalayan/self-service). Karena pengetahuan tentang perilaku konsumen merupakan kunci dalam memenangkan persaingan di pasar.

4.      Perumusan Masalah
Persaingan yang ketat yang terjadi di toko ritel modern akibat dari semakin tumbuhnya ritel modern menyebabkan perusahaan perlu menggunakan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan agar dapat tetap bertahan hidup. terutama di masa resesi dimana konsumen sebagian besar beralih ke toko tradisional sebagai solusi uang ketat, yang imbasnya paling dirasakan oleh Hypermarket.
Hypermarket yang merupakan format ritel paling besar tentunya perlu melakukan strategi yang baik untuk mempertahankan bisnisnya terutama pada masa resesi. Strategi yang tepat bagi toko ritel modern adalah melalui pemahaman pada pemasaran yang berorientasi pada pasar yang mensyaratkan pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen. Impulse buying merupakan keunggulan yang dimiliki oleh Hypermarket yang perlu di pertahankan terutama dimasa resesi yang menyebabkan berkurangnya jumlah produk yang dibelanjakan oleh konsumen. Pembeli akan berupaya menghemat pembelian mereka dan mengurangi pembelian impuls dimasa resesi. Maka peritel mesti terus mengupayakan untuk meningkatkan stimulan didalam toko untuk semakin meningkatkan pembelian impuls. Sehingga perusahaan tetap survive dan unggul dalam persaingan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam mengungkapkan hubungan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang mampu mendorong terjadinya pembelian impuls. Terdapat perbedaan hasil yang diperoleh oleh beberapa peneliti. Beberapa peneliti menemukan korelasi positif antara factor internal (emosi positif dan hedonic shopping value) dan faktor eksternal (respon lingkungan belanja dan interaksi antara pelanggan dan pelayan toko) dengan pembelian impuls, sedangkan penelitian lainnya menunjukkan hasil yang negatif. Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah adanya solusi uang ketat dalam berbelanja di Hypermarket sebagai imbas dari masa resesi yang kemudian n menyebabkan konsumen mengurangi pembelian impuls. Dan adanya perbedaadari hasil penelitian yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan impulse buying. Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Emosi Positif mempunyai pengaruh terhadap keputusan Impulse Buying?
2. Apakah Respon Lingkungan Belanja mempunyai pengaruh terhadap Impulse Buying?
3. Apakah Interaksi Antara Pelanggan Dan Pelayan Toko mempunyai pengaruh terhadap Impulse Buying?
4. Apakah Hedonic Shopping Value mempunyai pengaruh terhadap Impulse Buying?
5. Variabel mana yang paling berpengaruh terhadap impulse buying di toko ritel modern?
5.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006) adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen melakukan impulse buying di dalam toko ritel modern, dalam hal ini faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor emosi positif, respon lingkungan belanja, interaksi antara pelanggan dan pelayan toko, dan hedonic shopping value.
2. Untuk mengetahui variabel apa yang paling berpengaruh terhadap impulse buying di toko ritel modern.
6.      Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang factor-faktor yang secara potensial dapat menyebabkan konsumen melakukan impulse buying.
Bagi Pemasar :
Sebagai penelitian empiris, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang bermanfaat bagi para pemasar produk yang rentan terhadap impulse buying. Temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemasar dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat.
Bagi Akademisi :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying yang dilakukan konsumen serta faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
7.      Hipotesis
Emosi positif yang dirasakan konsumen akan mendorong konsumen untuk mengakuisisi suatu produk dengan segera tanpa adanya perencanaan yang mendahuluinya dan sebaliknya emosi yang negatif dapat mendorong konsumen untuk tidak melakukan pembelian impuls (Premananto, 2007).
H1 = Emosi positif berpengaruh positif terhadap impulse buying
Yang maknanya berarti semakin tinggi emosi positif seseorang maka akan semakin cepat keputusan impulse buying.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2005) disimpulkan bahwa variabel respon lingkungan belanja berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana.
H2 = Respon lingkungan belanja berpengaruh positif terhadap impulse buying
Maknanya berarti semakin cepat respon lingkungan belanja maka akan semakin cepat keputusanimpulse buying.
Daya tarik emosional akan produk yang diinginkan sepanjang interaksi dengan pelayan toko dapat menstimuli pembeli-pembeli untuk menerima gagasan pembelian tiba-tiba dan pembelian yang tidak di duga-duga selama berbelanja.
H3 = Interaksi antara pelanggan dan pelayan toko berpengaruh positif terhadap impulse buying.
Maknanya berarti semakin tinggi kuantitasinteraksi pelanggan
dengan pelayan toko maka semakin cepat keputusan impulse buying.
H4 =Hedonic shopping value berpengaruh positif terhadap impulse buying
Maknanya berarti semakin tinggi hedonic shopping value maka akan semakin cepat keputusan impulse buying.
8.      Analisis data
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Reliabilitas diukur dengan menggunakan koefisien alpha cronbach. Suatu instrument dapat dikatakan handal apabila memiliki koefisien keandalan (a ) 0,6000 (Nunnally,1967 dalam Ghozali,2001).
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dan kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini menggunakan content validity yang dapat menggambarkan kesesuaian sebuah pengukuran data dengan apa yang diukur (Ferdinand, 2006). Jika suatu indikator mempunyai korelasi antara skor masing-masing indikator terhadap skor totalnya (skor variable konstruk) maka dikatakan indikator tersebut valid.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji ini dapat mengungkapkan sejauh mana ketepatan alat pengukur mengungkapkan konsep kejadian yang diukur. Dengan menggunakan analisis df (degree of freedom) yaitu dengan rumus df = n-k dengan n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen yang digunakan. Maka df = n-k, df = 100-4 = 96, maka rtable= 0,199. Hasil pengujian dengan SPSS menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel emosi positif mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari rtable = 0,199, yang berarti semua indikator yang digunakan pada variabel emosi positif adalah valid.
9.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan :
1. Persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 0,320 X1 + 0,210 X2 + 0,248 X3 + 0,248 X4
2. Variabel emosi positif(X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying,hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Maka Hipotesis pertama (H1) yaitu, semakin tinggi emosi positif seseorang maka akan semakin cepat keputusanimpulse buying, dapat diterima.Variabel bebas yang kedua yaitu respon lingkungan belanja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 yang masih dibawah 0,05. Maka Hipotesis kedua (H2) yaitu, semakin cepat respon lingkungan belanja maka akan semakin cepat keputusanimpulse buying, dapat diterima. Variabel bebas yang ketiga yaitu interaksi antara pelanggan dan pelayan toko (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 yang masih jauh dibawah 0,05. Maka Hipotesis ketiga (H3) yaitu, semakin banyak interaksi pelanggan dengan pelayan toko maka semakin cepat keputusan impulse buying, dapat diterima.Variabel bebas yang keempat yaitu hedonic shopping value (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 yang masih jauh dibawah 0,05. Maka Hipotesis ketiga (H4) yaitu, semakin tinggi hedonic shopping value maka akan semakin cepat keputusan impulse buying, dapat diterima.
3. Emosi positif, respon lingkungan belanja, interaksi antara pelanggan dan pelayan toko, dan hedonic shopping value mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap impulse buying. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung sebesar 25,350 dengan Ftable sebesar 2,70 dan tingkat signifikansi yang kurang dari 0.05, maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi impulse buying (Y).
4. Variabel yang paling berpengaruh besar terhadap impulse buying adalah emosi positif dengan nilai t hitung sebesar 3,971dan nilai standardize coefficient beta0,320, kemudian diikuti oleh variabel hedonic shopping value dengan nilai t hitung sebesar 3,086dan nilai standardize coefficient beta 0,248, dilanjutkan dengan variabel interaksi antara pelanggan dan pelayan toko dengan nilai t hitung sebesar 3,030dan nilai standardize coefficient beta 0,248 dan yang terakhir adalah variabel respon lingkungan belanja dengan nilai t hitung sebesar 2,604dan nilai standardize coefficient beta 0,210.
5. Nilai koefisien determinasi adalah 0,496 atau 49,6%. Hal ini berarti bahwa keempat variabel independen (emosi positif, respon lingkungan belanja, interaksi antara pelanggan dan pelayan toko, dan hedonic shopping value) dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan 49,6% variasi yang terjadi dalam variabel dependen nya (impulse buying). Sementara variasi lainnya yaitu 100% - 49,6% = 50,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini.

SUMBER :
Skripsi “studi entang impulse buying pada hypermarket di kota semarang”. Rahma Fitriani. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang: 2010.