Sabtu, 15 Juni 2013

RESENSI: NOVEL


Judul Novel                : Bumi Cinta
Penulis                        : Habiburrahman El Shirazy
Jumlah Halaman        : 546 halaman

Novel ini bercerita tentang seorang pemuda Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang ditugaskan oleh Profesor Najmuddin untuk melakukan penelitian tentang sejarah Islam di Rusia, fokus pada Kehidupan Umat Islam Rusia di Masa Pemerintahan Stalin. Ayyas melaksanakan tugas itu harus berusaha keras meniti kehidupan di negara yang dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi seks bebas. Aplagi Ayyas tinggal di apartemen bersama dua perempuan Rusia bernama Yelena dan Linor yang setiap hari berpenampilan seperti binatang jalang, sehingga mau tidak mau Ayyas harus bersabar menempuh ujian godaan hawa nafsu yang sering terpancing oleh keindahan tubuh kedua perempuan Rusia itu. Tidak hanya itu yang menjadi tantangan Ayyas menyelesaikan tesisnya, yaitu Ayyas dibimbing oleh seorang gadis Rusia yang paling cantik dibandingkan dengan Yelena dan Linor.
Novel Bumi Cinta bertajuk Islamik, berdasarkan latar belakang pengarang yang merupakan lulusan Al Azhar University Cairo. Setiap bab novel Bumi Cinta, pembaca disuguhkan dengan nilai agama Islam yang sangat kental, apalagi novel ini bercerita banyak tentang sejarah Islam di Rusia, maka Bumi Cinta memberikan pencerahan bagi pembacanya.
***
“Sudah Dev, cepetan yuk, jangan bercanda terus. Masya Allah dingin sekali Dev. Ini aku sudah rangkap empat lho. Plus jaket tebal yang kubeli di New Delhi….”  (halaman 11) Dari potongan dialaog tersebut, penulis memberikan gambaran latar suasana Rusia yang dingin di bagian sub bab ke dua, dan merupakan awal permulaan cerita yang menggambarkan salah satu karakteristik Rusia. Sedangkan, bagian cerita yang difokuskan oleh penulis di mulai ketika David bertanya kepada Ayyas, yaitu “Nonik-nonik Rusia ini terkenal cantik-cantik. Nanti kau buktikan saja. Apa kau masih rapuh melihat wanita cantik?” (halaman 18).
David yang merupakan teman SMP  Ayyas, ternyata dia sudah menjalani hidup bebas  ketika kuliah di Singapura dan pindah ke Rusia. Ayyas kaget mendengar cerita tentang David setelah lulus SMA, “hidup bebas, tanpa ada aturan ini-itu”. Cerita tersebut merupakan bagian tambahan yang akan mengawali cerita yang menjadi inti novel Bumi Cinta.
Berdasarkan karakteristik novel Bumi Cinta, Islamik, pada halaman 40 terdapat surah Al Baqoroh ayat 45, yaitu “Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk”. Inilah yang membuktikan bahwa penulis mendapatkan ide menulis novel dari Al Quran—kisah Nabi Yusuf yang ingin diperkosa oleh seorang wanita, akan tetapi Nabi Yusuf menolak dan memohon pertolongan kepada Allah agar terhindar dari dosa besar—dalam novel Bumi Cinta pada halaman 368-370. Cerita yang ada di halaman 368-370 disambung di halaman 472, yaitu “…Dan jika kau sudah bisa sujud lima kali sehari carilah pendamping hidup yang memiliki keteguhan iman mirip Yusuf ‘alaihissalam”. Dari cuplikan dialog tersebut tertuju kepada pelaku utama, Ayyas, seperti yang dipaparkan penulis di halaman 368-370.
Dalam novel Bumi Cinta, penuli menyinggungan tentang Zionis Israel dan sekutunya yang sering memberitakan hal-hal terbalik tentang Islam, menyinggung tentang politik, dan penulis sengaja memaparkan sejarah Islam di Rusia dan sejarah Islam yang digambarkan di dalam Al Quran, seperti sejarah Firaun, Nabi Yusuf, dan lain-lain. Penulis membebankan kepada Linor sebagai tokoh yang terlibat di Agen Zionis Israel, Yelena merupakan tokoh yang dilibatkan dengan politik (pernah “melayani” pejabat asal Indonesia), dan penulis menjadikan sejarah sebagai acuan pokok yang dibebankan oleh tokoh utama, Ayyas. Dari ketiga permasalahan tersebut memberikan nilai plus pada novel Bumi Cinta, kelebihan, menjadi pembeda yang jelas dengan novel penulis lain, menjadi inspirasi pembaca, dan tambahan ilmu pengetahuan, serta pendidikan moral yang kental. Oleh karena itu, pantaslah novel Bumi Cinta menjadi permulaan gaya menulis novel yang baru di Indonesia.
Novel Bumi Cinta cocok dibaca oleh semua kalangan, umur 16 tahun ke atas. Bahasa yang mudah dipahami—ada catatan kaki—sehingga pembaca mudah mengerti isi cerita.
Ada satu kejanggalan penulis, yaitu:
“… Linor baik-baik saja, Mama”
“Ah kenapa masih juga kau pakai nama itu. Mama lebih suka kau memakai nama Sofia” Dalam cuplikan dialog antara Linor dengan Madame Ekaterina, Madame Ekaterina lebih senang jika nama Sofia sebagai nama panggilan Linor. Akan tetapi, terdengar janggal ketika Madame Ekaterina memanggil (anak angkatnya) dengan nama panggilan Linor, bukan Sofia, seperti potongan dialog pada halaman 395, yaitu “Anakku Linor, bukan salahmu kalau kau sangat tidak menyukai orang Palestina. Tetapi Mama minta cobalah kau lihat baik-baik perempuan yang ada di layar kaca itu….”
Penulis memilih “Bumi Cinta” sebagai judul novel, mungkin karena penulis meletakkannya di bagian akhir sub bab dan berkaitan dengan pelaku utama. “… Jika itu yang terjadi ya Allah, maka syahidkan pula aku di jalan-Mu, agar aku kelak bias berjumpa dengannya di Bumi Cinta-Mu yang sejati, yaitu syurga yang Engkau sediakan bagi hamba-hamba-Mu yang beriman….” (halaman 545-546).