Nama : Tertiera N. Azizah
Kelas : 3EA18
NPM : 19210435
Loyalitas Konsumen
Pengaruh Relationship Marketing, Trust, Commitment, Citra, dan
Fasilitas pada Customer Loyalty
Budhi Haryanto dan Soemarjati T.J.*
Desember, 2009
Latar Belakang
Loyalitas pelanggan merupakan isu
yang dipertimbangkan penting untuk distudi, sebab isu ini diperkirakan
berimplikasi pada peningkatan kinerja perusahaan melalui pemanfaatan kepuasan
pelanggan. Hal ini dapat terjadi, ketika pelanggan merasa puas mengkonsumsi
produk selanjutnya diperkirakan melakukan pembelian ulang terhadap produk
tersebut atau mengabarkan kepuasannya kepada calon-calon pelanggan yang lainnya
(Too et al., 2000).
Bagi perusahaan yang berorientasi
pada pemasaran, isu ini menjadi paradigma yang diakui kebenarannya untuk
mengganti paradigma bisnis yang dipandang masih bersifat tradisional yang
berorientasi pada seni menjual saja. Paradigma ini yang dalam prakteknya
berpotensi memunculkan ketidakpuasan pelanggan yang pada gilirannya
berimplikasi pada semakin turunnya loyalitas pelanggan (Kotler dan Keller,
2006).
Berkaitan dengan isu loyalitas, Hotel
Pondok Indah yang berlokasi di Boyolali telah melakukan berbagai upaya
pemasaran untuk meningkatkannya, antara lain: cara penerimaan tamu, upaya
pemberian layanan ekstra, penyediaan fasilitas yang baik, dan upaya-upaya lainnya
terkait dengan kepuasan pelanggan. Hal ini dapat diketahui melalui studi
pendahuluan yang dilakukan melalui in depth interview dengan pihak Hotel
yang berkompenten. Namun demikian, upaya-upaya yang telah dilakukan ini
memerlukan penelitian lanjutan untuk memastikan keakurasiannya secara empiris,
sehingga kebijakan-kebijakan pemasaran yang dilakukan tidak didasarkan pada
pertimbangan intuitif melainkan mempunyai landasan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi sumber dan kebenarannya. Dengan demikian,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan yang bersifat empiris
terkait dengan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kinerja
melalui loyalitas pelanggan hotel.
Studi ini bertumpu pada 5 variabel
amatan yang diperkirakan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan yaitu (1)
pemasaran yang menjaga hubungan jangka panjang (relationship marketing atau
relational marketing), (2) kepercayaan pelanggan (customer trust), dan
(3) komitmen pelanggan (customer commitment), (4) citra (image),
dan (4) fasilitas (facilities).
Masalah dan Tujuan.
Loyalitas konsumen (customer
loyalty) didefinisi sebagai suatu keterkaitan konsumen terhadap suatu
produk yang diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk membeli ulang dan
merekomendasikannya kepada orang lain (Lihat Too et al., 2000).
Sedangkan tingkatan loyalitas menunjukkan derajat keinginan konsumen untuk
melakukan pembelian ulang atau merekomendasikan pengalamannya dalam
mengkonsumsian suatu poduk pada orang lain. Variabel ini merupakan variabel
dependen yang dipengaruhi oleh pemasaran yang menjaga hubungan jangka panjang (relationship
marketing atau relational marketing), kepercayaan pelanggan (customer
trust), komitmen pelanggan (customer commitment), citra (image),
dan fasilitas (facilities).
Relationship Marketing. Variabel ini diperkirakan penting untuk menjelaskan
proses terbentuknya loyalitas pelanggan. Relationship marketing yang
dimaksud untuk menjelaskan semua aktivitas pemasaran yang ditujukan untuk
menciptakan, membangun, dan memelihara kesuksesan dalam situasi perubahan dari transactional
marketing menjadi relational marketing (Too et al. 2000).
Pengelolaan hubungan baik terutama dengan pelanggan pada hakekatnya adalah
pembentukan suatu hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.
Ditinjau dari perspektif strategis,
hubungan jangka panjang dengan konsumen memberikan beberapa manfaat bagi
perusahaan: (1) biaya untuk mempertahankan pelanggan lebih rendah daripada
biaya untuk mendapatkan pelanggan baru, (2) pelanggan lama yang puas dapat
menjadi bagian dari tim penjualan melalui berita baik yang mereka sebarkan dari
mulut ke mulut (word of mouth), (3) pelanggan tetap jangka panjang baru
menjadi mitra kerja yang baik bagi perusahaan dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitias produk atau jasanya, (4) perusahaan menikmati
profotabilitas jangka panjang melalui pembelian dan konsumsi produk atau jasa
yang repetitif dan konstan dalam waktu yang lama.
Berdasarkan pengertian perspektif
sempit, variabel ini digunakan untuk menggambarkan keragaman taktik pemasaran
yang dapat mempertahankan pelanggan setelah penjualan terjadi. Selanjutnya,
dalam perspektif luas, relationship marketing digunakan sebagai suatu
paradigma dan orientasi pemasaran yang diposisikan sebagai kebalikan atau oposisi
dari transactional marketing. Hal ini berarti konsep relationship
marketing lebih terfokus pada relational marketing yang menekankan
pada suatu upaya-upaya untuk membangun hubungan jangka panjang sebagai
kebalikan dari transactional marketing yang lebih menekankan peningkatan
penjualan yang berjangka pendek.
Selanjutnya, Sorce (2002)
mengungkapkan bahwa relationship marketing merupakan sebuah pendekatan
untuk menciptakan nilai-nilai ekonomi yang saling menguntungkan antara
perusahaan dengan pelanggan dengan cara menarik dan menjaga hubungan baik dalam
jangka panjang. Hal ini dapat dicapai melalui kerjasama, kolaborasi dan
program-program pemasaran yang bertujuan membentuk hubungan yang saling
menguntungkan antara perusahaan dengan perantara atau konsumen akhir
(pelanggan) (Lihat Verhoef 2002; Elsingerich & Bell, 2006).
Dalam konsep relationship
marketing, menarik pelanggan baru hanyalah salah satu langkah awal dalam
proses pemasaran, hal yang lebih diperhatikan adalah mempertahankan pelanggan
yang sudah adal merupakan strategi yang lebih mudah dan murah daripada mencari
pelanggan baru. Pengertian ini memberikan implikasi terhadap perubahan dalam
cara pandang perusahaan dalam memahami hubungannya dengan pelanggan, yang
selanjutnya memunculkan suatu prinsip bahwa pengakuan kualitas, customer
sevice, dan aktivitas pemasaran perlu dijalankan bersamaan.
Menurut Too et al. (2000) ada
beberpa dimensi relationship marketing yaitu (1) fokus pada pelanggan
dalam jangka panjang, (2) menepati janji pada pelanggan, (3) melibatkan
personel organisasi dalam aktivatas pemasaran, (4) mengimplementasikan proses
interaksi dengan konsumen pada aktivitas pemasaran, (5) membangun budaya ‖melayani konsumen‖, dan (6) menggunakan informasi dari
pelanggan.
Metodologi Penelitian.
Target populasi dari studi ini adalah
pelanggan yang berniat untuk loyal pada jasa penginapan hotel. Sampel diambil
dari pelanggan yang berniat untuk loyal di Hotel Pondok Indah di Boyolali.
Sampel diambil sebanyak 200 orang dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu sampel non probabilitas dengan kriteria yang ditentukan.
Pemilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan tentang sifat responden yang
sulit untuk ditentukan sebelumnya, sedang penentuan kriterianya dimaksudkan
untuk mendapatkan keakurasian informasi yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui survei pada responden dengan cara melakukan wawancara secara langsung
yang dipandu dengan kuesioner yang dipersiapkan. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keseriusan responden dalam pengisian kuesioner. Berikut ini adalah
definisi operasional variabel.
Relationship marketing. Variabel ini dikonseptualisasi
sebagai aktivitas pemasaran yang bertujuan menciptakan, membangun, dan
memelihara kesuksesan dalam situasi perubahan dari transactional marketing menjadi
relational marketing (Lihat Too et al.,2000). Dalam studi ini,
variabel ini dioperasionalisasi sebagai tingkatan aktivitas pemasaran terkait
dengan aspek penyediakan jasa layanan tamu, penyediaan waktu untuk melayani
pelanggan, ketepatan janji, keterlibatan yang tinggi dengan pelanggan,
kesediaan untuk melakukan kontak dengan pelanggan, kesediaan untuk mendengar
keluhan pelanggan, kesediaan untuk membantu kesulitan pelanggan, kesediaan
untuk membangun hubungan, kesediaan mengevaluasi pelayanan yang diberikan, dan
esediaan mendengarkan tanggapan dari pelanggan.
Customer trust. Variabel ini didefinisi sebagai
tingkatan kepercayaan terhadap janji mitra dalam memenuhi kewajiban yang harus
dilakukan dalam sebuah hubungan (Lihat Ndubisi, 2007). Customer trust dioperasionalisasi
sebagai tingkatan kepercayaan pelanggan terhadap aspek-aspek sebagai berikut:
kebersihan, pelayanan yang diberikan, kecepatan, dan jasa pendukung.
Customer commitment. Variabel ini dikonseptualisasi
sebagai keinginan yang kuat (terus menerus) untuk menjaga hubungan baik dengan
perusahaan (Lihat Fullerton, 2003; Clark & Maher, 2007; Lacey 2007).
Variabel ini diukur dengan menggunakan indikan-indikan yang menjelaskan aspek
kepedulian terhadap perusahaan, usaha ekstra untuk mendapatkan jasa layanan
hotel, kesiapan untuk membayar harga tinggi.
Citra. Variabel ini dikonseptualisasi
sebagai kesan atau image pelanggan terhadap nama merek yang dikonsumsi. Citra
dioperasionalisasi sebagai tingkatan kesesuaian antara image hotel dan
pelanggan yang berkaitan dengan aspek nama, reputasi, pelayanan, harga, dan
kualitas jasa.
Fasilitas. Variabel ini dioperasionalisasi
sebagai kelengkapan pendukung yang pengemas produk inti yang ditawarkan.
Fasilitas dioperasionalisasi sebagai tingkatan kelengkapan sarana dan
prasaranna yang ditawarkan hotel pada pelanggan terkait dengan aspek-aspek
fasilitas resepsionis, restoran, ruang tunggu dan fasilitas taman, dan
fasilitas pendukung lainnya.
Customer loyalty. Variabel ini didefinisisi sebagai
keterkaitan konsumen terhadap suatu produk yang terwujud pada satu keinginan
untuk membeli ulang dan keinginan untuk merekomendasikan kepada orang lain
(Lihat Too et al., 2000). Customer loyalty dioperasionalisasi
sebagai tingkatan keterkaitan konsumen dalam hal ketidakinginan untuk
menggunakan hotel lain jika membutuhkan, kesediaan untuk tetap menginap di
hotel jika membutuhkan, kesediaan untuk merekomendasikan pada orang lain yang
membutuhkan, dan kesediaan untuk menceritakan pengalaman menginap di hotel pada
orang lain.
ANOVA adalah metode statistik yang
dianggap relevan untuk menguji hubungan antara satu atau lebih variabel
independen (skala metrik atau kategorikal) dan satu variabel dependen (skala
metrik) (Ghozali, 2001; 2005).
HASIL dan ANALISIS
Hasil Analisis dan Pembahasan
Hasil analisis diawali dengan
pengujian validitas dengan Confirmatory Factor Analysis. Hasil
pengujiannya mengindikasi nilai KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) dalam
penelitian ini sebesar 0,889 sehingga model mempunyai model fit yang baik.
Tahap 2 menyajikan hasil pengujian
validitas konvergen dari variabel yang dianalisis. Hasil pengujiannya
mengindikasi indikan-indikannya berkemampuan un tuk menjelaskan konstruk yang
diukurnya.
Ketiga, melakukan pengujian validitas
berikutnya adalah pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk konsistensi
instrumen pengukuran. Hasil pengujian Cronbach Alpha mengindikasi hasil
yang reliable.
Hasil pengujian ANOVA mengindikasi
bahwa besarnya adjusted R square adalah 0,80. Hal ini mengindikasi bahwa
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 80%
sedangkan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Hubungan antara relationship
marketing dan costomer loyalty. Pengujiannya mengindikasi hasil yang tidak mendung
Hipotesis 1 yang berarti bahwa relationship marketing bukan variabel keputusan
yang dipertimbangkan penting oleh calon pelanggan untuk berniat loyal pada jasa
penginapan hotel (F test = 1,191; sign = 0,290). Fenomena ini kemungkinan
dikarenakan pihak hotel belum menerapkan strategi pemasaran relasional yang
berusaha untuk membangun hubungan dalam jangka panjang dengan calon
pelanggannya. Kemungkinan lain yang terjadi adalah keterbatasan dana yang
dimiliki oleh hotel sehingga tidak memungkinkan untuk mengaplikasi relationship
marketing yang identik dengan kebutuhan dana yang relatif besar. Faktor ini
yang diperkirakan menjadi faktor penyebab hubungan yang tidak signifikan antara
relation marketing dengan customer loyalty.
Dengan demikian temuan studi ini
tidak mendukung konsep yang dikemukakan oleh studi-studi terdahulu yang
mengarah pada regularitas fenomena pola hubungan yang positif antara
relationship marketing dan customer loyalty (Lihat Widiana, Erma M. 2004; Too et
al., 2000; Liang & Wang. 2007; dan Ndubisi, 2007). Oleh karena itu,
temuan ini memerlukan studi lanjutan dalam konteks yang lebih luas untuk
meningkatkan validitas eksternal dari konsep yang dihipotesiskan.
Hubungan antara customer trust dan
customer loyalty.
Hasil pengujiannya mengindikasi bahwa hipotesis 2 terdukung (F test = 6,167;
sign = 0,00), yang berarti bahwa semakin tinggi customer trust semakin
tinggi customer loyalty. Menurut pengertiannya, trust berarti
suatu kepercayaan pelanggan terhadap janji yang diberikan perusahaan yang
diekspresikan dalam bentuk slogan-slogan tentang kebersihan, pelayanan yang
diberikan, kecepatan, dan kenyamanan jasa pendukung. Dasi sini kemungkinan
calon pelanggan merasa percaya bahwa pihak hotel telah memenuhi janji seperti
yang dislogankan. Fenomena ini didukung oleh suatu fakta bahwa persepsian
konsumen terhadap hotel telah diujudkan secara nyata oleh pihak hotel.
Dengan demikian hasil pengujian studi
ini konsisten dengan konsep yang dikemukan oleh studi-studi terdahulu yang
mengarah pada regularitas fenomena yang menuunjukkan hubungan positif antara customer
trust dan customer loyalty (Lihat Liang & Wang. 2007; Ndubisi,
2007). Namun demikian, temuan ini masih memerlukan studi lanjutan untuk
meningkatkan generalisasinya sehingga di masa mendatang dapat menjadi teori
yang universal.
Hubungan antara customer commitment
dan customer loyalty.
Hasil pengujiannya mengindikasi hasil yang mendukung hipotesis (F test =
23,394; sign = 0,00). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi customer
commitment semakin tinggi customer loyalty. Komitmen yang dimaksud
disini adalah komitmen yang bersifat afektif dan bersifat continuance. Komitmen
yang bersifat afektif cenderung pada rasa kecintaan dan kerelaan yang tinggi
sebagai bagian dari hotel. Hal ini kemungkinan diekspresikan dalam bentuk
kerelaan untuk menginap di hotel yang dikarenakan ada kenangan-kenangan
tertentu bagi pelanggannya.
Selanjutnya continuance commitment
berkecenderungan pada pertimbangan biaya. Hal ini dapat diketahui dari
tarif hotel yang relatif murah didandingkan hotel-hotel lain yang menawarkan
fasilitas yang sama. Kedua hal ini yang diperkirakan dapat membangun customer
commitment sehingga berdampak pada customer loyalty. Dengan demikian disarankan
kepada pihak hotel untuk membangun komitmen pelanggan melalui afective
commitment melalui membangun kesan-kesan tertentu yang membangkitkan
kenangan yang sulit terlupakan dan continuance commitment melalui
penentuan tarif yang relevan dengan fasilitas-fasilitas hotel yang ditawarkan.
Hubungan yang signifikan dari konsep
yang dihipotesiskan ini berarti mendukung regularitas fenomena tentang hubungan
yang signifikan dan positif antara customer commitment dan customer
trust seperti yang dikemukan dalam studi-studi terdahulu (Lihat Fullerton,
2003; Bansar et al., 2004; Dimtriades, 2006). Namun demikian temuan ini
masih memerlukan studi lanjutan pada konteks yang lebih luas untuk meningkatkan
validitas eksternal dari konsep yang dihipotesiskan.
Hubungan antara citra dan customer
loyalty. Hasil
pengujianya mengindikasi hubungan yang signifikan antara citra dan customer
loyalty (F test = 4,302; sig 0,001). Hal ini menjelaskan bahwa semakin
tinggi citra hotel semakin tingg customer loyalty. Citra yang dimaksud
adalah kesesuaian antara image hotel dengan image pelanggan terkait dengan
aspek nama, reputasi, pelayanan, harga, dan kualitas jasa yang diterima
pelanggan. Dengan demikian disarankan agar pihak hotel diupayakan membuat
program pemasaran hotel yang berkaitan dengan membangun image hotel
yaitu dengan cara meningkatkan citra nama hotel, reputasi baik, pelayanan yang
memuaskan, harga yang bersaing, dan kualitas jasa pendukung yang baik. Melalui
cara ini diharapkan loyalitas pelanggan dapat ditingkatkan.
Hubungan yang signifikan dalam
pengujian studi ini mengisyaratkan dukungan terhadap konsep tentang regularitas
fenomena yang mengarah pada pola hubungan yang positif antara citra hotel dan
loyalitas pelanggan seperti yang duikemukakan dalam studi-studi terdahulu
(Lihat Clark & Maher, 2007; Lacey 2007). Namun demikian, temuan studi ini
masih memerlukan studi lanjutan untuk menggeneralisasinya pada konteks yang
lebih luas sehingga konsep yang dihipotesiskan dapat ditingkatkan validitas
eksternalnya.
Hubungan antara fasilitas dan customer
loyalty. Hasil pengujian yang diperoleh mengindikasi hasil yang mendukung
hipotesis (F test = 12,550; sign = 0,00) yang berarti bahwa semakin tinggi
fasilitas yang tersedia semakin customer loyalty. Fasilitas yang
dimaksud adalah resepsionis, restoran, ruang tunggu dan fasilitas taman, dan
fasilitas pendukung lainnya. Temuan ini mengisyaratkan perlunya pihak hotel
untuk membangun kelengkapan dan kenyamanan fasilitas melalui pendesainan
resepsionis, restoran, ruang tunggu, fasilitas taman, dan fasilitas lainnya
yang mendukung citra hotel yang semakin baik. Dengan memperhatikan kelengkapan
dan kenyamanan fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan
terhadap hotel.
Hubungan yang signifikan dalam
pengujian studi ini mengisyaratkan dukungan terhadap konsep tentang regularitas
fenomena yang mengarah pada pola hubungan yang positif antara citra hotel dan
loyalitas pelanggan seperti yang duikemukakan dalam studi-studi terdahulu
(Lihat Clark & Maher, 2007; Lacey 2007). Namun demikian, temuan studi ini
masih memerlukan studi lanjutan untuk menggeneralisasinya pada konteks yang
lebih luas sehingga konsep yang dihipotesiskan dapat ditingkatkan validitas
eksternalnya.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, relationship
Marketing tidak berpengaruh secara signifikan pada loyalitas pelanggan. Hal
ini dapat dipahami karena Hotel Pondok Indah belum menerapkan strategi
pemasaran relasional. Ini terlihat pada kurangnya hubungan baik antara pihak
manajemen dan konsumen.
Selanjutnya, tingkat kepercayaan
berpengaruh positip terhadap loyalitas pelanggan yang menjelaskan bahwa semakin
tinggi tingkat kepercayaan pelanggan terhadap Hotel Pondok Indah, semakin besar
pula loyalitasnya. Hal ini mengisyaratkan perlunya pihak hotel membangun
tingkat kepercayaan melalui slogan-slogan tentang kebersihan, kecepatan
pelayanan yang diberikan, dan kenyamanan jasa pendukung lainnya.
Komitmen pelanggan berpengaruh secara
signifikan pada loyalitas. Hal ini mengisyaratkan perlunya pemasar membangun
komitmen melalui afective commitment dan continuance commitment. Affective
commitment dapat dicapai melalui membangun kesan-kesan tertentu yang dapat
membangkitkan kenangan-kenangan yang sulit terlupakan, dan continuance
commitment dapat dicapai melalui penentuan tarif yang relevan dengan
fasilitas-fasilitas hotel yang ditawarkan.
Citra perusahaan berpengaruh secara
signifikan pada loyalitas pelanggan Hotel. Hal ini mengisyaratkan perlunya
pihak hotel membuat program-program pemasaran hotel terkait dengan cara
meningkatkan citra nama hotel, reputasi baik, pelayanan yang memuaskan, harga
yang bersaing, dan kualitas jasa pendukung lainnya yang baik.
Fasilitas berpengaruh secara
signifikan pada loyalitas pelanggan. Hal ini mengisyaratkan perlunya pihak
hotel untuk membangun kelengkapan dan kenyamanan fasilitas melalui pendesainan
resepsionis, restoran, ruang tunggu, fasilitas taman, dan fasilitas lainnya
yang mendukung citra hotel yang semakin baik.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar