Judul
Novel :
Bumi Cinta
Penulis :
Habiburrahman El Shirazy
Jumlah
Halaman : 546 halaman
Novel
ini bercerita tentang seorang pemuda Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang
ditugaskan oleh Profesor Najmuddin untuk melakukan penelitian tentang sejarah
Islam di Rusia, fokus pada Kehidupan Umat Islam Rusia di Masa Pemerintahan
Stalin. Ayyas melaksanakan tugas itu harus berusaha keras meniti kehidupan di
negara yang dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi seks bebas. Aplagi
Ayyas tinggal di apartemen bersama dua perempuan Rusia bernama Yelena dan Linor
yang setiap hari berpenampilan seperti binatang jalang, sehingga mau tidak mau
Ayyas harus bersabar menempuh ujian godaan hawa nafsu yang sering terpancing
oleh keindahan tubuh kedua perempuan Rusia itu. Tidak hanya itu yang menjadi
tantangan Ayyas menyelesaikan tesisnya, yaitu Ayyas dibimbing oleh seorang
gadis Rusia yang paling cantik dibandingkan dengan Yelena dan Linor.
Novel
Bumi Cinta bertajuk Islamik, berdasarkan latar belakang pengarang yang
merupakan lulusan Al Azhar University Cairo. Setiap bab novel Bumi Cinta,
pembaca disuguhkan dengan nilai agama Islam yang sangat kental, apalagi novel
ini bercerita banyak tentang sejarah Islam di Rusia, maka Bumi Cinta memberikan
pencerahan bagi pembacanya.
***
“Sudah
Dev, cepetan yuk, jangan bercanda terus. Masya Allah dingin sekali Dev. Ini aku
sudah rangkap empat lho. Plus jaket tebal yang kubeli di New Delhi….”
(halaman 11) Dari potongan dialaog tersebut, penulis memberikan gambaran latar
suasana Rusia yang dingin di bagian sub bab ke dua, dan merupakan awal
permulaan cerita yang menggambarkan salah satu karakteristik Rusia. Sedangkan,
bagian cerita yang difokuskan oleh penulis di mulai ketika David bertanya
kepada Ayyas, yaitu “Nonik-nonik Rusia ini terkenal cantik-cantik. Nanti kau
buktikan saja. Apa kau masih rapuh melihat wanita cantik?” (halaman 18).
David
yang merupakan teman SMP Ayyas, ternyata dia sudah menjalani hidup
bebas ketika kuliah di Singapura dan pindah ke Rusia. Ayyas kaget
mendengar cerita tentang David setelah lulus SMA, “hidup bebas, tanpa ada
aturan ini-itu”. Cerita tersebut merupakan bagian tambahan yang akan mengawali
cerita yang menjadi inti novel Bumi Cinta.
Berdasarkan
karakteristik novel Bumi Cinta, Islamik, pada halaman 40 terdapat surah Al
Baqoroh ayat 45, yaitu “Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat.
Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk”. Inilah yang
membuktikan bahwa penulis mendapatkan ide menulis novel dari Al Quran—kisah
Nabi Yusuf yang ingin diperkosa oleh seorang wanita, akan tetapi Nabi Yusuf
menolak dan memohon pertolongan kepada Allah agar terhindar dari dosa
besar—dalam novel Bumi Cinta pada halaman 368-370. Cerita yang ada di halaman
368-370 disambung di halaman 472, yaitu “…Dan jika kau sudah bisa sujud lima
kali sehari carilah pendamping hidup yang memiliki keteguhan iman mirip Yusuf
‘alaihissalam”. Dari cuplikan dialog tersebut tertuju kepada pelaku utama,
Ayyas, seperti yang dipaparkan penulis di halaman 368-370.
Dalam
novel Bumi Cinta, penuli menyinggungan tentang Zionis Israel dan sekutunya yang
sering memberitakan hal-hal terbalik tentang Islam, menyinggung tentang
politik, dan penulis sengaja memaparkan sejarah Islam di Rusia dan sejarah
Islam yang digambarkan di dalam Al Quran, seperti sejarah Firaun, Nabi Yusuf,
dan lain-lain. Penulis membebankan kepada Linor sebagai tokoh yang terlibat di
Agen Zionis Israel, Yelena merupakan tokoh yang dilibatkan dengan politik
(pernah “melayani” pejabat asal Indonesia), dan penulis menjadikan sejarah
sebagai acuan pokok yang dibebankan oleh tokoh utama, Ayyas. Dari ketiga
permasalahan tersebut memberikan nilai plus pada novel Bumi Cinta, kelebihan, menjadi
pembeda yang jelas dengan novel penulis lain, menjadi inspirasi pembaca, dan
tambahan ilmu pengetahuan, serta pendidikan moral yang kental. Oleh karena itu,
pantaslah novel Bumi Cinta menjadi permulaan gaya menulis novel yang baru di
Indonesia.
Novel
Bumi Cinta cocok dibaca oleh semua kalangan, umur 16 tahun ke atas. Bahasa yang
mudah dipahami—ada catatan kaki—sehingga pembaca mudah mengerti isi cerita.
Ada
satu kejanggalan penulis, yaitu:
“…
Linor baik-baik saja, Mama”
“Ah
kenapa masih juga kau pakai nama itu. Mama lebih suka kau memakai nama Sofia”
Dalam cuplikan dialog antara Linor dengan Madame Ekaterina, Madame Ekaterina
lebih senang jika nama Sofia sebagai nama panggilan Linor. Akan tetapi,
terdengar janggal ketika Madame Ekaterina memanggil (anak angkatnya) dengan
nama panggilan Linor, bukan Sofia, seperti potongan dialog pada halaman 395,
yaitu “Anakku Linor, bukan salahmu kalau kau sangat tidak menyukai orang
Palestina. Tetapi Mama minta cobalah kau lihat baik-baik perempuan yang ada di
layar kaca itu….”
Penulis
memilih “Bumi Cinta” sebagai judul novel, mungkin karena penulis meletakkannya
di bagian akhir sub bab dan berkaitan dengan pelaku utama. “… Jika itu yang
terjadi ya Allah, maka syahidkan pula aku di jalan-Mu, agar aku kelak bias
berjumpa dengannya di Bumi Cinta-Mu yang sejati, yaitu syurga yang Engkau
sediakan bagi hamba-hamba-Mu yang beriman….” (halaman 545-546).