Minggu, 22 April 2012

kepemimpinan, struktur & anatomi organisasi

Kepemimpinan

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
1.      Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942)
2.      Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
3.      Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan.
4.      Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
5.      Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
§  kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
§  pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
§  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
1.      menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
2.      dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
3.      bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
4.      menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan,
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
5. Tipe Demokratik
1.      Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2.      Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
3.      Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
4.      Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
5.      Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
 Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
1.      Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
2.      Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
3.      Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
4.      Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
5.      Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
6.      Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
7.      Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
8.      Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
9.      Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
10.  Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya.  Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
11.  Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
12.  Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
13.  Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
14.  Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
15.  Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
16.  Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
17.  Keteladanan,s seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
18.  Menjadi Pendengar yang Baik
19.  Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
20.  Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
21.  Ketegasan
22.  Keberanian
23.  Orientasi Masa Depan
24.  Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
KERETAKAN DALAM ORGANISASI
Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
§  Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
§  Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
§  Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
§  Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang nyaman.
§  Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
ü  Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
ü  Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
ü  Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
ü  Produktivitas organisasi merosot.
ü  Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
ü  Penyalahsunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
PEMIMPIN VISIONER
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
1.      Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
2.      Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat “relate skillfully”dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
3.      Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
4.      Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
1.      Visualizing
.                       Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
2.      Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
3.      Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
4.      Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
5.      Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata“If it ain’t broke, BREAK IT!”.
6.      Taking Risks.  Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
7.      Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
8.      Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi.
9.      Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi.
10.  Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan.
Burt Nanus (1992),  mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
1.      Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.”
2.      Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan.
3.      Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi.
4.      Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan.

Referensi :

Anatomi dan Struktur Organisasi
A. Desain Organisasi
    Desain organisasi yang umum adalah :
1. Struktur sederhana
Struktur sederhana adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam usaha-usaha kecil di mana manajer dan pemilik adalah orang yang satu dan sama. Kekuatan dari  struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu  kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak.
2.  Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang   kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
Kekuatan utama birokrasi ada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat efisien, sedangkan kelemahannya adalah dengan spesialisasi yang diciptakan bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi. Kelemahan besar lainnnya adalah ketika ada kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi karena birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan. 
3. Struktur matriks
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memilik rantai komando ganda.
B. Departemen atau unit  pada struktur organisasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam :
1.  Departementalisasi Menurut Fungsi
Pada   pembagian   ini   orang   yang   memiliki   fungsi   yang   terikat dikelompokkan menjadi satu. Umum terjadi pada organisasi kecil dengan sumber daya terbatas dengan produksi lini produk yang tidak banyak. Biasanya dibagi dalam bagian keuangan, pemasaran, umum, produksi, dan lain sebagainya.
 2.  Departementalisasi Menurut Produk / Pasar
Pada jenis departementalisasi ini orang-orang atau sumber daya yang ada dibagi ke dalam departementalisasi menurut fungsi serta dibagi juga ke dalam tiap-tiap lini produk, wilayah geografis, menurut jenis konsumen, dan lain sebagainya.
3.  Departementalisasi Organisasi Matrix / Matriks
Bentuk organisasi matriks marupakan gabungan dari departementalisasi menurut fungsional dan departementalisasi menurut proyek. Seorang pegawai dapat memiliki dua posisi baik secara fungsi maupun proyek sehingga otomatis akan memiliki dua atasan / komando ganda. Proyek biasanya diadakan secara tidak menentu dan sifatnya tidak tetap.

Rabu, 18 April 2012

Soekarno, Soeharto, Soesilo
Entah ini kebetulan atau tidak ketiga nama presiden Indonesia itu punya awalan dan akhiran yang sama, Soe (Su) dan O. Ketiganya juga sama-sama menjadi topik pembicaraan yang hangat di masa pemerintahannya. Mereka juga punya kesamaan dalam lamanya berkuasa di negeri ini. Bandingkan dengan Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Kekuasaan ketiga mantan presiden itu tak lebih dari seumur jagung. Untuk mempertahankan status quo-nya, Soekarno pernah mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup. Demikian pula dengan Soeharto, biar kekuasaanya tetap langgeng, dia menyulap sistem multipartai menjadi dua partai dan satu golongan karya, dengan Golkar sebagai kontestan yang selalu menang pemilu di setiap periodenya. Soeharto pun menjadi presiden terlama di Indonesia, sekitar 32 tahun. Bagaimana dengan Soesilo? Beliau sudah terpilih menjadi presiden untuk kedua kalinya. Apabila undang-undang tentang masa jabatan presiden tak diubah, tentu Soesilo bisa mengikuti jejak kedua koleganya itu. Walau ketiga presiden Indonesia tersebut memiliki kesamaan, perbedaannya pun banyak pula, terutama dalam hal gaya pemerintahan atau gaya kepemimpinan. Yang paling menonjol dari gaya kepemimpinan mereka tersebut bisa dijabarkan berikut ini.
Soekarno selama berkuasa di negeri ini menjadi pemimpin yang sangat tegas, tak mau didikte oleh siapa pun, termasuk Amerika Serikat sebagai negara super power. Bahkan ia bermusuhan dengan negara-negara barat karena terlalu mendikte urusan pemerintahannya. Soekarno pun berteriak, “Go to hell with your aid”. Demikian kata Soekarno suatu ketika. Bahkan Soekarno pun pernah menyatakan, “Ganyang Malaysia” gara-gara keinginan malaysia untuk mengggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak, serta tanah Kalimantan dalam Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961. Bisakah pemimpin sekarang berkata seperti itu? Soekarno pun punya idealisme tinggi tentang negara Indonesia yang pernah dia proklamirkan ini. Dia ingin menjadikan negeri ini menjadi negeri mandiri tanpa didikte oleh siapapun. Untuk menciptakan negeri yang dia inginkan itu, Soekarno pun belajar dari Cina, Rusia, dan India, serta menggalang persahabatan dengan ketiga negara terbesar di Asia itu. Keakraban Soekarno dengan Cina dan Rusia inilah yang buat kuping negara-negara barat panas membara, khususnya Amerika Serikat (AS). AS pun tak tinggal diam, agar kukunya tetap tertancap  dan tetap berpengaruh di wilayah Asia ini, terutama Indonesia, strategi penjungkalan pun dilakukan. Mereka tak ingin Soekarno lama-lama bercokol sebagai penguasa. AS khawatir Indonesia menjadi negara komunis terbesar ketiga setelah Cina dan Rusia kala itu. Andai Indonesia menjadi negara komunis tentu musuh besar AS dan negara-negara barat lainnya pun bertambah. Menghadapi dua negara komunis saja sudah pusing, apalagi tiga, tentu lebih pusing lagi. Demikianlah kira-kira kekhawatiran AS. Strategi pun dijalankan, dan berhasil, Soekarno pun terjungkal dari kursi kekuasaannya. Soekarno disebut-sebut sebagai presiden pendukung komunis gara-gara konsep nasakomnya. Era Soeharto pun dimulai.
Gaya kepemimpinan Soeharto cukup kalem, dia selalu kelihatan tersenyum meski dia menghadapi suatu masalah sekalipun. Pembawaannya tenang, kelihatan ramah jadinya. Ciri khasnya pun senyumannya itu. Ketika berhadapan dengan lawan-lawan politiknya pun dia selalu tersenyum. Saat peristiwa Malari pun, dia tersenyum. Namun di balik senyuman itu ternyata menyimpan sejuta makna dan misteri. Di balik senyumannya itu, Soeharo memerintah dengan tangan besi. Siapa yang mengganggu pemerintahannya akan dibungkam. Pada masa Soeharto lah banyak kasus orang hilang dan petrus atau penembak misterius. Jangan coba-coba berkata dan menulis sembarangan tentang pemerintahannya kalau tak mau dibui. Semua sudah diatur dalam undang-undang subversif. Kalau ada yang melanggar undang-undang ini, jangan harap bisa menghirup udara bebas, tak ada ampun pokoknya. Pers dibungkam karena dianggap dapat meresahkan masyarakat dan mengganggu stabilitas nasional. Media-media besar nasional pernah jadi korbannya, termasuk Kompas. Andai kita masih hidup di eranya Soeharto, media blogging seperti Kompasiana pun tak bakal bisa hidup. Demikianlah gaya kepemimpinan Soeharto untuk mencegah instabilitas di negerinya.
Meski cara kepemimpinan soeharto merupakan neraka bagi para aktivis atau lawan-lawan politiknya, namun Soeharto  menjadi berkah bagi rakyat kecil. Bagi rakyat kecil, era Soeharto merupakan era terbaik karena sembilan kebutuhan pokok yang mereka butuhkan sangat terjangkau. Harga beras murah, minyak tanah juga, bahkan harga cabai tak sampai semahal sekarang. Keamanan buat mereka pun terjamin. Yang paling membanggakan lagi, di era Soeharto, Indonesia menjadi negara paling berpengaruh dan disegani di Asia Tenggara. Tak ada negara ASEAN yang berani menyinggung Indonesia seperti yang dilakukan oleh Malaysia sekarang. Selama 32 tahun kita berjalan seperti itu. Namun, tahun 1998 semuanya berubah, pada bulan Mei di tahun itu Soeharto terpaksa mengundurkan diri. Tak ada lagi yang mendukungnya, semua berbalik memusuhinya. Krisis ekonomi lah yang mendalanginya. Pondasi perekonomian yang dirancang ternyata tak membuat sistem perekonomian Indonesia kuat. Akibat ulah spekulan seperti George Soros, rupiah pun terpuruk hingga berkali-kali lipat, dan hutang pun jadi menumpuk. Bayangkan, dalam hitungan hari rupiah yang semula cuma 2500 per dollarnya, terpuruk hingga menyentuh 18ribu per dollarnya. Tak hanya itu, korupsi ternyata hidup beranak pinak di era pemerintahan Soeharto. Demo dan kerusuhan pun terjadi di mana-mana hingga memaksa Soeharto turun dari tahtanya. Era reformasi pun menjelang.
Di era reformasi, Presiden Indonesia pun silih berganti, kebebasan berpendapat dan memperoleh informasi benar-benar terjamin. Semua orang bebas ngomong apa saja termasuk menghina dina para pemimpin. Namun kebobrokan mental para birokrat bawaan era Soeharto tak bisa hilang begitu saja. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) masih hidup dan tumbuh subur. Padahal, ketika era reformasi datang,  semua bentuk kebobrokan tersebut diharap bisa lenyap. Nyatanya tidak juga. Walau kepemimpinan reformasi silih berganti selama lebih dari 10 tahun ini, tetap tak membuat Indonesia keluar dari keterpurukan itu. Tadinya, saat Soesilo diangkat menjadi presiden pilihan rakyat, banyak yang berharap semua itu berubah. Namun, harapan tinggal harapan, sosok Soesilo yang diharapkan mengubah semua kebobrokan itu tak bisa berbuat banyak. Gaya kepemimpinan Soesilo lebih kuat pada pencitraan. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi dituding banyak lawan politiknya cuma sekadar lipsing. Semuanya tak seindah yang dibayangkan, semua tak seindah warna aslinya, kekecewaan makin menumpuk, hingga menunggu bom waktu saja.
Itulah Soekarno, Soeharto, dan Soesilo, tiga pemimpin kita yang punya gaya masing-masing. Mana yang Anda suka dari ketiganya?
Referensi :
http://politik.kompasiana.com/2011/01/29/soekarno-soeharto-soesilo/

Kamis, 12 April 2012

BJ. Habibie

BJ. Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude.

referensi :

Jumat, 06 April 2012

Kejar Pelaku Pelemparan Cairan Kimia, Polda Metro Olah TKP

Kejar Pelaku Pelemparan Cairan Kimia, Polda Metro Olah TKP

Andri Haryanto - detikNews
Rabu, 04/04/2012 16:51 WIB
Jakarta Polda Metro Jaya akan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan arah lemparan cairan kimia dalam bentuk asam kuat yang melukai polisi dan wartawan saat demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Jumat (30/3) lalu. Pada olah TKP itu, dapat diketahui pelaku pelempar cairan tersebut.

"Polda Metro juga olah TKP untuk penuntasan kasus tersebut, sehingga diharapkan nantinya secepatnya bisa mencari siapa pelaku pelemparan," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Saud Usman Nasution, di Kejagung, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Rabu (4/4/2012).

Tim laboratorium forensik (labfor) Mabes Polri sendiri masih melakukan penyelidikan untuk memastikan kepastian zat kimia apa yang berakibat luka kepada sejumlah wartawan dan 4 anggota Polri.

"Diharapkan tidak berapa lama bisa kita ungkapkan," ujar Saud.

Saud berharap para korban memberikan keterangan jelas untuk mengetahui posisi para korban saat terkena cairan tersebut. "Sehingga kita mencari darimana arahnya," kata Saud.

Selain itu Polri juga masih mencari kemasan yang digunakan pelaku untuk membawa zat kimia.

"Diharapkan di TKP bisa ditemukan. Kita akan cari benda-benda yang diperkirakan kemasan tersebut. Diharapkan bisa mempercepat mencari pelakunya," ucap Saud.

Saud juga meminta para pimpinan kelompok untuk betul-betul memeriksa anggotanya masing-masing bila ditengarai ada oknum dari kelompok yang membawa barang-barang membahayakan.

"Di undang-undang jelas disebutkan setiap penyampaian aspirasi dilarang membawa benda yang membahayakan keselamatan umum," terang mantan Kadensus 88 ini.

Komentar saya (pembaca)     :
Demonstrasi dapat diartikan sebagai unjuk rasa dalam mengutarakan pendapat. Hal tersebut lumrah karena setiap manusia mempunyai hak-nya masing-masing dalam berpendapat.
Adanya opnum yang tidak bertanggungjawab disini telah merugikan banyak pihak terutama polisi dan para wartawan yang tak bersalah pun ikut terjun menjadi korban dari para opnum tersebut.
Unjuk rasa seharusnya tidak dilakukan secara anarkis. Seharusnya para demonstran merangkul para polisi, dan wartawan untuk turut serta mendukung aspirasi mereka dalam berdemo. Polisi dan wartawan-pun sebenarnya kena imbas dari kenaikan BBM tersebut. Mereka juga tidak senang dengan adanya kenaikan BBM yang berdampak dengan kenaikan bahan pokok lainnya. Mereka juga mempunyai keluarga yang harus dihidupi. Sama seperti yang lain.
Apabila dalam unjuk rasa tidak didasari dengan tindakan anarkis, selain tidak ada jatuhnya korban. Masyarakat luas juga menjadi lebih simpatik dan mendukung penuh adanya demonstrasi. Yang kita lihat saat ini, banyak masyarakat yang takut keluar rumah, meninggalkan aktifitasnya karena tidak ingin terkena imbas dari sikap anarkis para opnum.
Semoga para pemerintah bisa lebih baik dalam mengurus Negara ini dan tidak melupakan tujuannya yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 yakni: memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.